Jumat, 17 Juli 2009

test

PERANG PISANG, Beberapa remaja bertelanjang dada sedang beraksi dalam ritual perang pisang. Tradisi perang pisang atau biasa disebut mesabatan biu itu dalam rangka memilih ketua dan wakil ketua Sekaa Teruna. Perang pisang dilakukan untuk menguji mental dan kedisiplinan para calon.

Perang tidak selalu memiliki arti sebagai klimaks dari sebuah permusuhan yang memakan korban.Tengok saja Perang Pandan masyarakat Tenganan, Kabupaten Karangasem,ujung timur Bali. Sore itu 16 orang taruna (pemuda) Desa Tenganan Dauh Tukad, Kecamatan Manggis,Kabupaten Karangasem, berbaris di ujung jalan desa layaknya siap berperang.

Mereka bertelanjang dada dan mengenakan kain kemben dan udeng (ikat kepala). Senjata yang mereka hunus bukanlah pedang maupun panah yang sesungguhnya, melainkan buah kelapa dan dua tandan pisang kepok mentah yang terpanggul di pundak masing-masing. Di ujung yang berlawanan,berjarak sekitar 200 meter, berdiri pula dua pemuda yang juga menanggul hasil bumi.

Sedangkan seluruh warga desa yang semula berkumpul di Pura Bale Agung desa setempat diminta berjajar di sepanjang jalan yang nantinya dilalui oleh kedua kubu pemuda tersebut yang akan bertarung itu. Iringan gamelan khas Bali yang dimainkan para tetua desa makin meramaikan perhelatan tradisi ini. Tak lama kemudian, pukulan kulkul (kentungan khas Bali) terdengar.

Ke-16 pemuda itu bergegas berjalan dengan setengah berlari menuju arah lawan.Tepat di tengah perjalanan yang menjadi medan, “perang”pun berlangsung. Aksi lempar pisang mentah terjadi dengan sasaran kedua pemuda yang belakangan diketahui sebagai calon ketua dan wakil ketua seka taruna (kelompok pemuda desa).Tak mau kalah, kedua calon pimpinan pemuda desa itu pun membalasnya.

Tradisi perang pisang atau biasa disebut mesabatan biu bertujuan memilih ketua dan wakil ketua seka teruna,juga dilakukan untuk menguji mental dan kedisiplinan kedua calon.“Jadi, sebelum keduanya dapat ditetapkan, terlebih dahulu mereka harus menempuh ujian,” ujar Kelian Gede Taruna Seka Taruna Dukuh Mengku Komang Mardika.

Bila dalam prosesi terdapat kelapa yang jatuh ke tanah,si pemuda wajib membayar denda sebesar harga jual kelapa tersebut atau sekitar Rp1000 per buah. “Biasanya ada calon yang gugur, namun kali ini keduanya berhasil lolos sebagai petinggi pemuda di sini,” imbuh Mardika.

Ritual perang pisang dilaksanakan serangkaian dengan Aci Katiga (upacara pada bulan ketiga penanggalan Tenganan). Sebelum prosesi perang pandan digelar, semua pemuda desa diwajibkan memetik pisang dan kelapa yang ada di desa.Semua pohon kelapa yang berbuah harus dipetik. Masingmasing pohon satu tandan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Recent Post

Followers

ST. Binnayaka Dharma Copyright © 2009 Blogger Template Designed by die Blogger Template